Berdo’a atau Tawakkal?

Foto: Pixabay.com

Berdo’a dan Tawakkal , keduanya sering terdengar di berbagai tempat dan momen, terlebih ketika kita berada dalam lingkungan dan keadaan yang serba sulit, hal ini memang merupakan seruan sang Khaliq kepada makhluk-Nya, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Artinya : “ Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu”. (QS. Ghafir: 60)

Ayat ini merupakan salah satu seruan Allah Ta’ala kepada seluruh hamba-Nya untuk senantiasa berdo’a dan bermunajat kepada-Nya. Seruan ini tak hanya sekedar seruan belaka, karena di ayat ini Allah juga menjamin terkabulnya do’a -do’a yang kita panjatkan.

Allah Swt juga berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159 :

 فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ

Artinya : “Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah”.

Ayat ini menyadarkan kita sebagai makhluk yang memiliki beragam cita-cita dan angan agar tak henti-hentinya memasrahkan semua itu kepada-Nya dengan berbekal usaha yang sungguh-sungguh tentunya.

Sebagai manusia, kita tidak pernah lepas dari berbagai macam kebutuhan, baik dalam hal-hal duniawi ataupun ukhrawi. Disaat yang sama pula, kita juga menyadari keterbatasan daya dan kapasitas kita sebagai makhluk Allah Swt. Lalu muncullah pertanyaan didalam hati, “kira-kira sebagai hamba Allah yang tak pernah lepas dari pertolongan dan kasih sayang-Nya, lebih utama mana antara kita berdoa agar segala hajat dan kebutuhan kita dikabulkan, atau cukup diam dan ridha dengan apapun yang Allah gariskan untuk kita?”.

Foto: Pixabay.com

Mengenai hal ini, Syaikh Muhammad ‘Ali bin Muhammad ‘Allan Al-Bakri Ash-Shiddiqi dalam kitabnya Dalil Al-falihin Li Thuruq Riyadh Al-Sholihin, menukil dari kitab Al-Risalah Al-Qusyairiyyah, bahwa Ulama berbeda pendapat terhadap hal ini, sebagian Ulama mengatakan bahwa diam dan ridha terhadap ketentuan Allah itu lebih utama, hal ini dilandasi dengan argumen bahwa hal tersebut mengindikasikan kesempurnaan sikap pasrah dan yakin seorang hamba kepada Tuhannya.

Ulama lain memiliki pendapat yang berbeda, mereka mengatakan bahwa berdo’alah yang lebih utama, hal ini dilandasi adanya wujud rasa membutuhkan dari makhluk kepada Tuhannya dan banyaknya redaksi Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk berdo’a kepada Allah Swt.

Tak cukup sampai disitu, beberapa Ulama yang lain juga memiliki pandangan yang berbeda, mereka mengatakan bahwa yang lebih utama adalah seyogyanya sang hamba tetap berdo’a kepada Allah dengan lisannya seraya memantapkan hati untuk ridha terhadap apapun yang Allah takdirkan untuknya. Pendapat ini, mendapat perhatian dari guru kami, Syaikh Yusri Jabr Al-Hasani, salah satu ulama Al -Azhar. Beliau mengatakan bahwa pendapat ini sangatlah lengkap, karena dengan berdo’a akan menunjukkan sifat ‘Ubudiyyah (status kehambaan) kita di hadapan Allah, juga menunjukkan hati seorang hamba yang menerima segala yang telah Allah tetapkan untuknya dan hati yang tidak butuh kepada selain Allah.

Redaktur: Fajrul Falah
Editor: Mr. L