Perjalanan Panjang Saudaranya Bajaj di Mesir

Foto: Liputan6.com

Sebagai Mahasiswa Indonesia yang menekuni Islamic studies, tentunya tidak heran jika tempat favorit untuk melanjutkan perjalanan menimba ilmu agama adalah di Negeri kinanah ini, tidak hanya banyaknya orang alim, justru adat disini juga sangat unik dan menarik. Apalagi banyaknya transportasi lawas yang terbilang antik, dan masih banyak yang menggunakannya. Seperti motor vespa, mobil VW yang biasa kita kenal dengan mobil kodok. Lebih dari itu, sesuatu yang membuat saya begitu tertarik adalah adanya moda transportasi yang bentuknya seperti bajaj. Orang Mesir menyebutnya dengan nama tuktuk karena suara mesinnya yang seperti suara mesin kotok, “tuktuktuk.

Tuktuk merupakan kendaraan yang anti mainstream dengan ciri khas warna hitam-kuning, tidak terdapat pintu untuk penumpang maupun supir, dan disertai lagu hiphop khas Mesir yang menggema disetiap perjalanannya. Berbeda dengan bajaj yang berwarna orange (dahulu) dan berwarna biru (sekarang), serta adanya pintu baik untuk penumpang maupun supir yang menambah keamanan saat berkendara.

Perbedaan keduanya juga terletak pada bahan bakar yang tentunya berkaitan dengan keramahan terhadap lingkungan. Tuktuk masih menggunakan bahan bakar yang banyak mengeluarkan gas CO2 sama seperti bajaj tua yang berwarna orange, berbeda dengan bajaj yang sekarang sudah menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Sejarah penemuan tuktuk

Klaim yang pertama mengatakan bahwa tuktuk pada tahun 1947 berasal dari Italia yang diproduksi oleh Piaggio Group, sebuah merek motor skutik ikonik vespa (detik.com). Ada juga klaim lain yang mengatakan bahwa awal mula tuktuk berasal dari Jepang, akan tetapi dia bukan sebuah tuktuk melainkan hanya sepeda motor yang digabungkan dengan menempatkkan gandar roda dua pada kerangkanya.

Namun jika melihat kilas balik dari sejarah yang sebenarnya, tuktuk muncul di German pada tahun 1886  yang dipatenkan oleh Bertha Benz, istri dari pendiri Mercedez Benz, Carl Benz dengan nama Benz Patent-Motorwagen. Menggunakan single-cylinder dengan tiga roda, dua dibelakang dan satu di depan yang dikemudikan oleh sebuah pegangan.

Dan faktanya bahwa kendaraan ini dipatenkan oleh istri pendiri Mercedez Benz secara daim-diam dan termasuk kendaraan bermesin pertama yang ada di Dunia. (tuktukph.top)

Tuktuk di Mesir

Tuktuk masuk ke Mesir pada tahun 2005 yang diimpor dari India. Hingga sekarang Tuktuk hampir berumur 20 tahunan. Banyak pro-kontra didalamnya, yang setuju mengatakan bahwa tuktuk merupakan kendaraan yang memberikan kemudahan akses untuk masuk ke dalam gang-gang sempit yang berada di Mesir, serta membantu perekonomian masyarakat kalangan bawah. Bagi yang tidak setuju dengan adanya tuktuk, mengatakan bahwa kendaraan tersebut berbahaya dan tidak ramah lingkungan.

Pada tahun 2014, pemerintah Mesir melarang impor transportasi umum tuktuk dikarenakan banyaknya laporan kecelakaan, kemacetan lalu lintas, pengendara yang ugal-ugalan dan kegiatan ilegal lainnya. Tetapi mereka masih membolehkan untuk impor suku cadang tuktuk dan secara bertahap memberikan solusi untuk memotong penggunaan tuktuk yang membeludak.

Foto: Internasional.republika.co.id

Dikutip dari Egypt Today, bahwa Jumlah tuktuk yang berlisensi di Mesir antara tahun 2014-2016 mencapai 99.000 tuktuk, sementara jumlah tuktuk yang tidak berizin mencapai lebih dari tiga juta unit.

Pada tahun 2019, pemerintah menggagas solusi untuk mengganti moda transportasi tuktuk dengan minivan dengan kapasitas tujuh tempat duduk, yang dirasa lebih aman dan juga lebih ramah lingkungan. Sebagai upaya dalam menyambut konferensi iklim COP27 November mendatang yang memiliki tujuan peninjauan terhadap pemanasan global.

Tentunya solusi mengganti transportasi tuktuk dengan minivan banyak menuai penolakan yang datang dari pengguna tuktuk sendiri, yang menyatakan bahwa untuk bisa membeli satu minivan dirasa sangat keberatan karena harganya yang lebih mahal, meskipun sudah mendapatkan subsidi dari pemerintahan.

Tahun lalu, pihak berwenang Mesir melarang impor komponen tuktuk yang dikeluarkan oleh Menteri Perdagangan dan Industri Mesir, Nevin Gamea. “Keputusan tersebut diambil dalam rangka melaksanakan rencana negara yang bertujuan untuk mengembangkan sistem transportasi dan menyediakan kendaraan yang aman untuk keselamatan warga,” Kata Gamea dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian tersebut.

Dikutip dari Reuters, seorang peneliti tentang perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan bernama Hasan Aboelnga di Technical University of Cologne, mengatakan bahwa tuktuk memuntahkan karbon hitam serta karbon dioksida. Dia berpendapat bahwa larangan adalah Tindakan yang tepat. Tetapi akan berdampak negatif pada masyarakat, karena hampir semua pengguna tuktuk berasal dari kalangan menengah ke bawah. Aboelnga malah menyarankan kepada pemerintahan untuk mempertahankan tuktuk yang ada dan mensubsidi yang baru dengan mengganti bahan bakarnya menjadi gas alam atau energi terbarukan lainnya, seperti yang pernah dilakukan India pada tahun 1998.

Sampai saat ini, dengan berbagai lika-liku dan pro-kontra yang ada, tuktuk masih menjadi pilihan banyak orang, terlebih yang tinggal didalam gang-gang sempit pinggiran kota, termasuk para mahasiswa asing yang berada di Mesir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *